Talk Show: Maulid Rasulullah SAW sebagai Gerbang Perubahan Karakter menuju Indonesia Emas 2045
Talkshow Maulid Keluarga Besar YAPIS, Hadirkan Dua Guru Besar YAPIS
Jayapura (21/9) – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Keluarga Besar YAPIS di Tanah Papua, tahun 1446 Hijriyah ini, dibuat dalam format talk show. Menghadirkan dua guru besar YAPIS, talkshow ini membahas karakter rasulullah sebagai teladan karakter bagi seluruh insan YAPIS.
Prof. Dr. H. Hasan Basri Umar, S.E., M.S., guru besar pada bidang Kebijakan Fiskal dan Moneter memaparkan secara gamblang terkait tuntunan dan tuntutan karakter.
“Kriminalitas, ketidak adilan, korupsi, kekerasan pada anak, pelangggaran HAM, menjadi bukti bahwa telah terjadi krisis jati diri dan karakteristik pada bangsa Indonesia. Budi pekerti luhur, kesantunan, dan relegiusitas yang dijunjung tinggi dan menjadi budaya bangsa Indonesia selama ini seakan-akan menjadi terasa asing dan jarang ditemui ditengah-tengah masyarakat” ungkapnya dalam pengantar.
Karena itu, dirinya menekankan pentingnya penumbuhan, perubahan dan pengembangan karakter.
YAPIS adalah lembaga yang telah mentahbiskan dirinya pada bidang pendidikan. Karena itu, menurutnya YAPIS merupakan garda terdepan dalam hal tersebut. Menurutnya, salah satu strategi yang bisa diterapkan oleh YAPIS adalah dengan meninternalisasi nilai-nilai/muatan-muatan pendidikan agama islam kedalam pelajaran dan kehidupan di sekolah.
“Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan dalam aspek keagamaan (aspek kognitif), sebagai sarana transformasi norma serta nilai moral untuk membentuk sikap (aspek afektif), yang berperan dalam mengendalikan prilaku (aspek psikomotorik) sehingga tercipta kepribadian manusia seutuhnya” lanjutnya.
Menurutnya, pendidikan karakter bukanlah berupa materi yang hanya bisa dicatat dan dihafalkan serta tidak dapat dievaluasi dalam jangka waktu yang pendek. Akan tetapi, pendidikan karakter merupakan sebuah pembelajaran yang teraplikasi dalam semua kegiatan siswa baik disekolah, lingkungan masyarakat dan dilingkungan dirumah melalui proses pembiasaan, keteladanan, dan dilakukan secara berkesinambungan.
“Tolak ukur dari keberhasilan pendidikan karakter adalah terbentuknya peserta didik yang berkarakter; berakhlak, berbudaya, santun, religius, kreatif, inovatif yang teraplikasi dalam kehidupan disepanjang hayatnya” pungkasnya.
Sementara itu, Guru Besar bidang Sejarah Peradaban Islam, Prof. Dr. H. Idrus Alhamid, S.Ag., M.Si., memandang momentum Maulid Nabi SAW adalah momentum yang tepat bagi umat islam untuk menelaah kembali keteladanan-keteladanan Rasulullah.
Dirinya mennceritakan awal pelaksanaan Maulid Nabi SAW. Dikatakannya, Salahuddin Al-Ayubi, kala itu memilih melaksanakan Maulid Nabi karena melihat semangat pejuang muslim yang sedikit mengendur. Dirinya kemudian memilid perayaan mauled sebagi media mengingatkan kembali akan perjalanan dan perjuangan Rasulullah sebagai motivassi kepada para pejuang.
“Di era kekinian, jangan kita hanya terpaku pada symbol-simbol seperti ini (menunjuk ember dan hiasan-hiasan telur). Ini adalah symbol keberagaman sekaligus kegembiraan ini menyambut datangnya Sang Suri Tauladan, Sang Rasul, Habibullah, Muhammad SAW”.
Dirinya juga menegaskan bahwa pada diri Rasulullah telah terdapat suri tauladan yang paripurna.
“Kita sering mendengar kisah, bagaimana Baginda Rasul berakhlak. Bukan saja akhlak kepada umat Islam, tetapi juga baiknya akhlak Rasul kepada umat lain. Sebagai contoh, bagaiman beliau berakhlak terhadap orang yahudi, yang selalu menghina dan mencaci. Beliau bahkan menyuapi makanan kepada Yahudi tersebut” ceritanya.
Dirinya melanjutkan “Akhlak Rasul adalah akhlak teladan bagi kita semua. Karena itu, karakter pelajar Pancasila yang digaungkan Kemendikbudristek, di YAPIS harus diimplementasikan kedalam akhlak Rasulullah”
Pendidikan karakter di YAPIS, meski tidak tersurat dalam dokumen kurikulum dan lain sebagainya, namun sejatinya, telah tersirat dalam pelaksanaan proses pendidikan YAPIS. Misalnya melalui pembiasaan salam setiap bertemu sesame siswa, guru maupun orang lain. Pembiasaan salawat yang juga menjadi agenda rutin setiap awal kegiatan di sekolah YAPIS juga akan turut mengembangkan karakter peserta didik.
Pada bagian penutup, kedua guru besar YAPIS ini, mengingatkan bahwa actor terpenting dalam pembentukan karakter peserta didik adalah guru.
“Guru menjadi tokoh utama, terutama melalui keteladanan” pungkasnya.
Karena itu, diungkapkan berbagai prasyarat yang harus dipenuhi oleh pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di Yapis, yaitu:
- dibutuhkan guru yang profesional dalam arti mempuni dalam keilmuannya, berakhlak dan mampu menjadi teladan bagi siswanya,
- pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi ditambah dengan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang dilaksanakan dengan serius sebagai bagian pembelajaran,
- mewajibkan siswa melaksanakan ibadah-ibadah tertentu di sekolah dengan bimbingan guru (misalnya rutin melaksanakan salat zduhur berjamaah),
- menyediakan tempat ibadah yang layak bagi kegiatan keagamaan,
- membiasakan akhlak yang baik di lingkungan sekolah dan dilakukan oleh seluruh komunitas sekolah (misal program salam, sapa, dan senyum),
- hendaknya semua guru dapat mengimplementasikan pendidikan agama dalam keseluruhan materi yang diajarkan sebagai wujud pendidikan karakter secara menyeluruh.
(TAM)