KARNAVAL MERDEKA BELAJAR ALA MIS AL-FATAH YAPIS ABEPURA

Abepura (17/8) – Hari kemerdekaan Republik Indonesia selalu diperingati setiap 17 Agustus. Dimana pada hari tersebut, atas desakan para pemuda, Ir. Soekarno dan Drs. Muhammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.
Proklamasi kemerdekaan yang dilaksanakan di Jl. Pegangsaan Timur no. 56, Jakarta Pusat tersebut, menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia diraih dengan perjuangan bukan pemberian seperti yang dijanjikan Jepang sebelumnya. Tempat tersebut kini dikenal dengan nama Jalan Proklmasi.
Setiap entitas bangsa ini, biasanya melakukan upacara peringatan pada hari tersebut. Demikian juga dengan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Al-Fatah YAPIS Abepura. Sekolah yang beralamat di Jl. Abepura-Keerom, Abepantai tersebut juga melaksanakan hal serupa.
Pelaksanaan upacara bendera yang berlangsung khidmat tersebut diikuti semua peserta didik, dewan guru dan orang tua siswa. Tampil dengan beragam pakaian adat, kegiatan ini berlangsung di halaman sekolah.
Pasca pelaksanaan upacara, sekolah yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Yayasan Pendidikan Islam (YAPIS) di Tanah Papua Cabang Kota Jayapura ini melanjutkan dengan pawai/karnaval.
Kepala MI Al-Fatah YAPIS Abepantai, Suhartini Pauspaus, S.Pd.I menuturkan, kegiatan karnaval ini bertajuk “Karnaval Merdeka Belajar”. Hal ini, menurutnya merupakan bagian dari upaya mendukung kampanye program Merdeka Belajar dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan teknologi (Kemendikbudristek).

Pelaksanaan kegiatan ini sendiri mengenakan pakaian adat. Warna-warni dan ragam jenis pakaian daerah, menurut Suhartini, menunjukan persatuan dan kebhinekaan Indonesia.
“Papua ini, sangat beragam. Maka melalui moment ini, kami ingin menegaskan, bahwa meski berbeda kita tetap satu” ungkapnya.
Lebih jauh, Suhartini mengungkapkan alasan pemilihan tema “karnaval merdeka belajar”. Menurutnya, hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui kementerian pendidikan maupun kementerian agama.

Merdeka belajar, menurut Suhartini bukan berarti bebas mau belajar atau tidak belajar. Tetapi menurutnya, makan merdeka belajar tersebut lebih pada penciptaan suasana belajar yang mendorong munculnya kreatifitas, inovasi dan aktivitas yang menyenangkan.
“Namun tetap mencapai apa yang diharapkan” pungkasnya.
(TAM)